Kuliah Umum FTK UIN Alauddin, Bahas Pendidikan Karakter di Tengah Pandemi

  • 02 Maret 2021
  • 11:23 WITA
  • Margono Setiawan, S.S.
  • Berita

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar menggelar Kuliah Umum dengan mengangkat tema ‘Pendidikan Karakter Bangsa di Tengah Pandemi: Antara Harapan dan Kenyataan’ Senin, 1 Maret 2021.

Kuliah umum ini berlangsung secara online, via zoom meeting dengan menghadirkan narasumber dari Universitas Negeri Makassar (UNM), yaitu Wakil Rektor l Bidang Akademik, Prof Hasnawi Haris.

Dekan FTK, Dr Marjuni mengatakan, dalam pengembangan pembelajaran dan pembentukan karakter mahasiswa, tenaga pendidik dan kependidikan harus memotivasi mahasiswa untuk selalu mengaji dan mengkaji.

Apa lagi di tengah pandemi Covid-19 ini kata dia, dosen memliki berperan penting menjalankan proses pembelajaran yang lebih baik dan efektif bagi mahasiswa melalui aplikasi Lentera dan Monev daring.

Marjuni mengatakan, untuk membangun hubungan sosial yang baik dan karakter mahasiswa, maka penting untuk menerapkan prinsip-prinsip falsafah Bugis Makassar.

“Membangun hubungan sosial dengan prinsip adat Bugis sipakatau (saling memanusiakan), sipakaraja, (saling mensuport), sipatokkong (saling menopang), sipakalebbi (saling menghormati) dan sipakainge (saling mengingatkan). Begitupula pada nilai karakter falsafah Bugis Makassar, yaitu Siri napesse (rasa malu dan solidaritas), Lempu (Jujur), Amacangeng (pintar bijaksana) dan Getteng (konsisten),” katanya.

Dalam paparan materinya, Prof Hasnawi Haris mengunkapkan beberapa fakta soal pendidikan, bahwa sistem Pendidikan Indonesia lebih dominan dan berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa).

“Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”),” kata dia.

Jika dicermati, lanjutnya, kondisi pendidikan dan persekolahan saat ini, sikap, perilaku dan karakter negatif masih saja menggejala, karenanya guru atau dosen harus aktif menanamkan karakter positif dan unggul dengan mengembangkan otak kanan siswa-mahasiswa.

“Agar tidak mengurangi penghargaan bagi para siswa-mahasiswa dan tetap memiliki motivasi tinggi dan prestasi baik,” jelas Hasnawi.

Kemudian Hasnawi mengupas soal pendidikan karakter di tengah pandemi. Di mana proses pembelajaran dan interaksi mahasiswa dan dosen melalui daring.

Lantas bagaimana pendidikan di tengah pandemi Covid-19 dalam pembentukan pendidikan karakter pada mahasiswa melalui proses pembelajaran daring?

“Bagaimana kita mendesain dan mengendalikan aktivitas pembelajaran (termasuk non pembelajaran) peserta didik agar tujuan Pendidikan (bukan tujuan pembelajaran) dapat diwujudkan dalam gradasi yang beragam,” kata dia.

Tujuan pendidikan itu iyalah, mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan  warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

“Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang  mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity),” kata Hasnawi.


Penulis:

St. Ibrah Mustafa Kamal, S.E., M.Sc.