FTK Online –
Samata, (3/5/2025) Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar bekerjasama dengan Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI)
Sulawesi Selatan sukses menggelar Seminar Nasional bertajuk “Popcorn Brain
dan Strategi Mengatasinya: Membangun Ketahanan kognitif di Era Digital”
secara hybrid luring di Gedung Aula PPG dan daring melalui platform Zoom
Meeting,
Seminar ini diikuti oleh
ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, pendidik PIAUD, akademisi, hingga
pemerhati pendidikan anak dari seluruh Indonesia. Fokus pembahasan tertuju pada
fenomena popcorn brain, yaitu kondisi ketika otak manusia—terutama
anak-anak—menjadi terbiasa dengan stimulus cepat dari media digital sehingga
kesulitan untuk fokus dan menyelesaikan tugas jangka panjang.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua
Panitia, Dedi Nasruddin, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang dalam sambutannya
menekankan pentingnya literasi digital dan pemahaman terhadap dampak teknologi
pada perkembangan anak usia dini. “Fenomena popcorn brain adalah tantangan
nyata di era digital ini, terutama bagi anak-anak yang tumbuh bersama gawai dan
media sosial,” ujarnya.
Seminar Nasional ini menghadirkan 4
narasumber yang merupakan praktisi Pendidikan dan psikologi Pendidikan. Narasumber
pertama atau keynote speaker yang merupakan Staf Khusus Menteri Pendidikan
Dasar dan Menengah bidang Pembelajaran dan Skolah Unggul, Arif Jamali Muis, M.Pd.
Ia menyampaikan materi berjudul “Program Nasional Penguatan Ketahanan
Digital: Strategi Jangka Panjang Kementerian untuk Generasi Pembelajar yang
Tangguh”. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa penguatan ketahanan digital
bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga menjadi bagian dari program
nasional melalui regulasi, kurikulum, dan pelatihan guru secara menyeluruh.
“Anak-anak saat ini hidup dalam ekosistem
digital yang tak terhindarkan. Maka yang perlu kita bangun adalah daya tahan
terhadap pengaruh negatifnya, dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi secara
produktif dan sehat,” ujarnya.
Narasumber kedua, Dr. Weny Safitri S.Pandia,
M.Si., Psikolog., dalam
materinya yang berjudul “Perubahan Pola Belajar Anak di Era Digital: Apa
Perlu Kita Ketahui?”, beliau membahas bagaimana teknologi digital telah
menggeser cara anak belajar dan berinteraksi. Ia mengingatkan pentingnya
keterlibatan aktif orang tua dan guru dalam membentuk pola belajar yang
seimbang di tengah dominasi gadget.
Sementara itu narasumber ketiga, Muhammad Nur
Akbar, S.T., M.T., membawakan
topik “Algoritma yang Menyihir: Bagaimana Teknologi Membentuk Kebiasaan
Digital Kita”, beliau menjelaskan secara teknis bagaimana sistem algoritma
media sosial bekerja membentuk pola perilaku dan kebiasaan digital pengguna,
termasuk anak-anak. Beliau juga mengajak peserta untuk dapat memahami bahwa
penggunaan teknologi perlu diimbangi dengan kesadaran digital (digital
awareness).
Narasumber keempat, Andi Tri Supratno Musrah,
S.Psi., M.Sc., Ph.D., dengan materi “Otak
di Zaman Informasi: Bagaimana Teknologi Mempengaruhi Fokus dan Kesehatan
Mental”, beliau memaparkan temuan ilmiah terkini mengenai dampak negatif
multitasking digital dan banjir informasi terhadap sistem kerja otak manusia,
khususnya dalam hal konsentrasi, memori, dan keseimbangan emosional.
Kegiatan seminar ini dipandu oleh moderator Ananda
Zhafira, S.Psi., M.Psi., Psikolog., seorang psikolog di Bermakna Psychological
Center.
Ketua Program Studi PIAUD, Eka Damayanti,
S.Psi., M.A., menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari komitmen
prodi dalam menjawab isu-isu kontemporer di dunia pendidikan anak. “Kami
berharap seminar ini tidak hanya memberi pemahaman teoritis, tetapi juga
mendorong lahirnya praktik nyata di lapangan, baik dalam pembelajaran maupun
pengasuhan anak di era digital,” ungkapnya.
Seminar ditutup dengan sesi tanya jawab yang
interaktif, menunjukkan antusiasme peserta dalam memahami dan mengantisipasi
dampak popcorn brain pada anak usia dini. Kegiatan ini juga direncanakan
menjadi awal dari rangkaian diskusi dan pelatihan lanjutan yang melibatkan
pakar, pendidik, mahasiswa dan orang tua.
Oleh: Margono Setiawan