PIAUD FTK – APPI SUKSES GELAR SEMINAR NASIONAL: POPCORN BRAIN DAN STRATEGI MENGATASINYA

  • 05 Mei 2025
  • 10:58 WITA
  • Administrator
  • Berita

FTK Online – Samata, (3/5/2025) Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar bekerjasama dengan Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) Sulawesi Selatan sukses menggelar Seminar Nasional bertajuk “Popcorn Brain dan Strategi Mengatasinya: Membangun Ketahanan kognitif di Era Digital” secara hybrid luring di Gedung Aula PPG dan daring melalui platform Zoom Meeting,

Seminar ini diikuti oleh ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, pendidik PIAUD, akademisi, hingga pemerhati pendidikan anak dari seluruh Indonesia. Fokus pembahasan tertuju pada fenomena popcorn brain, yaitu kondisi ketika otak manusia—terutama anak-anak—menjadi terbiasa dengan stimulus cepat dari media digital sehingga kesulitan untuk fokus dan menyelesaikan tugas jangka panjang.


Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua Panitia, Dedi Nasruddin, S.Psi., M.Psi., Psikolog., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya literasi digital dan pemahaman terhadap dampak teknologi pada perkembangan anak usia dini. “Fenomena popcorn brain adalah tantangan nyata di era digital ini, terutama bagi anak-anak yang tumbuh bersama gawai dan media sosial,” ujarnya.

Seminar Nasional ini menghadirkan 4 narasumber yang merupakan praktisi Pendidikan dan psikologi Pendidikan. Narasumber pertama atau keynote speaker yang merupakan Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah bidang Pembelajaran dan Skolah Unggul, Arif Jamali Muis, M.Pd. Ia menyampaikan materi berjudul “Program Nasional Penguatan Ketahanan Digital: Strategi Jangka Panjang Kementerian untuk Generasi Pembelajar yang Tangguh”. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa penguatan ketahanan digital bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga menjadi bagian dari program nasional melalui regulasi, kurikulum, dan pelatihan guru secara menyeluruh.

“Anak-anak saat ini hidup dalam ekosistem digital yang tak terhindarkan. Maka yang perlu kita bangun adalah daya tahan terhadap pengaruh negatifnya, dan kemampuan untuk memanfaatkan teknologi secara produktif dan sehat,” ujarnya.


Narasumber kedua, Dr. Weny Safitri S.Pandia, M.Si., Psikolog., dalam materinya yang berjudul “Perubahan Pola Belajar Anak di Era Digital: Apa Perlu Kita Ketahui?”, beliau membahas bagaimana teknologi digital telah menggeser cara anak belajar dan berinteraksi. Ia mengingatkan pentingnya keterlibatan aktif orang tua dan guru dalam membentuk pola belajar yang seimbang di tengah dominasi gadget.

Sementara itu narasumber ketiga, Muhammad Nur Akbar, S.T., M.T., membawakan topik “Algoritma yang Menyihir: Bagaimana Teknologi Membentuk Kebiasaan Digital Kita”, beliau menjelaskan secara teknis bagaimana sistem algoritma media sosial bekerja membentuk pola perilaku dan kebiasaan digital pengguna, termasuk anak-anak. Beliau juga mengajak peserta untuk dapat memahami bahwa penggunaan teknologi perlu diimbangi dengan kesadaran digital (digital awareness).

Narasumber keempat, Andi Tri Supratno Musrah, S.Psi., M.Sc., Ph.D., dengan materi “Otak di Zaman Informasi: Bagaimana Teknologi Mempengaruhi Fokus dan Kesehatan Mental”, beliau memaparkan temuan ilmiah terkini mengenai dampak negatif multitasking digital dan banjir informasi terhadap sistem kerja otak manusia, khususnya dalam hal konsentrasi, memori, dan keseimbangan emosional.

Kegiatan seminar ini dipandu oleh moderator Ananda Zhafira, S.Psi., M.Psi., Psikolog., seorang psikolog di Bermakna Psychological Center.


Ketua Program Studi PIAUD, Eka Damayanti, S.Psi., M.A., menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bagian dari komitmen prodi dalam menjawab isu-isu kontemporer di dunia pendidikan anak. “Kami berharap seminar ini tidak hanya memberi pemahaman teoritis, tetapi juga mendorong lahirnya praktik nyata di lapangan, baik dalam pembelajaran maupun pengasuhan anak di era digital,” ungkapnya.

Seminar ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif, menunjukkan antusiasme peserta dalam memahami dan mengantisipasi dampak popcorn brain pada anak usia dini. Kegiatan ini juga direncanakan menjadi awal dari rangkaian diskusi dan pelatihan lanjutan yang melibatkan pakar, pendidik, mahasiswa dan orang tua.

 

Oleh: Margono Setiawan