JARUM jam menunjukkan pukul 12.30 Wita. Senin (7/11/20110), matahari mencapai puncak- puncaknya di seputaran Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin yang hijau. Walau terik, lalu lalang kendaraan terlihat ramai di jalanan seputaran kampus.
Maklum saja, jam tersebut adalah jam istirahat bagi karyawan UIN dan juga bagi mahasiswa yang baru selesai kuliah atau malah sedang menunggu kuliah berikutnya pukul 13.00 Wita.
Kerumunan mahasiswa mulai terjadi. Masing-masing menuju tempat favoritnya. Ada yang ke kantin, ke tempat ibadah, gazebo-gazebo kampus. Mereka mencari titik hotspot di sekitaran UIN, dan lain-lain.
Dari semua tempat tersebut, kantin menjadi tempat yang paling favorit. Hampir semua kantin penuh terisi. Di salah satu kantin, suara gelak tawa dengan obrolan bervariasi tampak riuh rendah sambil menyantap makanan di depan mereka. Ada pula yang saling mengejek hingga membicarakan gaya dosen saat mengajar.
Namun, ada pemandangan yang cukup aneh di salah satu kantin. Sekelompok mahasiswa duduk melingkar di meja kantin bernama "Putri Tunggal Jaya." Tak ada gelak tawa atau pembicaraan yang "ngalor-gidul."
Dari raut muka mereka, tampak kesriusan dialami. Dan tampak di hadapan mereka kertas-kertas pelajaran dan buku-buku. Semuanya terlibat diskusi yang hangat, tak jarang saling bertukar jawaban.
Belajar di Kantin
Ternyata mereka sedang belajar. Hal inilah yang menjadi menarik, mereka belajar di kantin. Karena, sejatinya, belajar itu tak mengenal tempat. Tak harus di perpustakaan atau pun di ruang kelas yang hening.
"Kantin pun bisa jadi tempat belajar yang nyaman, belajar bisa dimana saja," ungkap Ilfy, mahasiswa pendidikan biologi, yang berada dalam kelompok itu. Mereka terus terlibat obrolan yang semakin serius, tak terpengaruh suasana di sekitarnya yang sedang asyik menyantap makan siang.
"Semua tempat di UIN ini sangat nyaman untuk belajar, tak terkecuali kantinnya juga," lanjut Ilfy. Menurutnya, ia dan teman-temannya kerap memanfaatkan kantin untuk menjadi tempat belajar, berdiskusi, dan bertukar informasi-informasi terbaru.
"Saya juga tidak mau menyia-nyiakan waktu dengan percuma, harus digunakan sebaik-baiknya untuk belajar, dimanapun dan kapanpun," terusnya.
Senada dengan Ilfy, mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora, Adam, juga kerap memanfaatkan kantin sebagai tempat belajar dengan teman-temannya. "Justru lebih santai belajar dikantin dengan teman-teman, sambil makan juga bisa," ujarnya yang ditemui di kantin Tarbiyah UIN.
Adam mengatakan bahwa dengan suasana kantin yang berbeda dengan tempat lain, ia merasakan suasananya lebih segar, tidak terkesan terlalu serius. "Apalagi kalau mau ujian, lebih asyik bahas soal yang mau keluar sama kawan-kawan di kantin," imbuhnya diiringin senyuman
UIN memang surganya para pelajar. Selain suasana kampus II yang nyaman dan hijau, suasana ruang-ruang publiknya pun sangat nyaman untuk belajar. Terbukti, kantin pun jadi tempat belajar yang nyaman. (uin online l hudzaifah )