UIN Online - Launching 251 buku Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang masuk Museum Rekor Indonesia (MuRI) sebagai peluncuran buku secara serentak dengan jumlah terbanyak, menurut Rektor Prof Dr HA Qadir Gassing HT MS, bukan ajang pamer.
"Dari awal sebenarnya program ini bukan untuk pamer atau sekadar mendapat Rekor MuRI. Tetapi dari awal program ini dilaksanakan dalam rangka mengembangkan karya-karya akademik dosen UIN Alauddin, jadi tidak pernah ada bayangan bahwa akan direspon seperti ini oleh MuRI," ujarnya.
Menurut Prof Qadir pengembangan karya akademik dosen UIN Alauddin menjadi langkah yang ditempuh untuk menjadikan dosen sebagai ilmuwan. "Tugas dosen sekarang bukan hanya mengajar, meneliti, tetapi menjadi ilmuwan dengan memperkaya tulisan-tulisan," ungkapnya.
Rektor juga mengungkapkan bahwa launching 251 buku UIN Alauddin ini menjadi cerminan karya akademik civitas akademika UIN Alauddin yang dulunya dianggap tidak bisa menulis.
"Waktu saya jadi PR 1 (bidang akademik), ada yang mengatakan Alauddin itu banyak professornya tetapi tidak ada apa-apanya. Mereka tidak bisa menulis dan inilah bantahan dari pernyataan itu," pungkasnya.
Prof Qadir juga meminta kepada awak media yang meliput launching untuk menyebarluaskan ke masyarakat dengan harapan semoga bisa membasahi kerongkongan ummat yang kering karena suguhan berita-berita demo BBM yang terjadi di mana-mana.
"Tolong ini disebarluaskan kepada masyarakat, jangan hanya berita demo yang diberitakan, kabarkan bahwa civitas akademika UIN Alauddin juga punya karya yang prestisius, bukan hanya bisa demo," ungkapnya.
Perwakilan MuRI, Widya berpendapat serupa. "Kami berkali-kali datang ke Makassar untuk memberikan penghargaan, jadi Makassar ini tidak hanya dikenal dengan mahasiswanya yang bisa demo, tetapi perlu dicatat bahwa banyak prestasi yang telah ditorehkan masyarakat Makassar ini," ujarnya. (*)